Tuesday 14 October 2014

Isteri Nabi Ayyub digoda iblis

Iblis memperhatikan Nabi Ayyub as dalam keadaan yang sudah sangat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ia tetap beribadah, berzikir, dan tidak mengeluh atau mengaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis, merasa kesal dan jengkel melihat ketabahan hati Nabi Ayyub as menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya merusak akidah dan iman Nabi Ayyub as. Ia lalu meminta bantuan fikiran para sekutunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Nabi Ayyub setelah segala usahanya tidak membuahkan hasil
Bertanyalah iblis kepada sekutunya : “Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelicikanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?
kemudian sekutu iblis menjawab : “Engkah telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuan mu itu?”
“Dengan membujuk isterinya,” jawab iblis
“jika demikian, lakukan siasat itu dan terapkanlah pada Nabi Ayyub as, hembuskan racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia” jawab sekutu.
“Benar dan tepat fikiranmu itu,hanya tinggal itu satu satunya jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini degan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan maksudku selama ini” jawab iblis
Dengan rencana barunya pergilah iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki dari suaminya. Ia berkat kepada isteri Nabi Ayyub yang bernama Rahmah itu : “Apa kabar dan bagaimana keadaan suamimu saat ini?”
 Seraya mengarahkan jari telunjukknya ke arah suaminya, Rahmah berkata kepada iblis yang menyamar sebagai teman Nabi Ayyub “Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak berhenti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak, hidup pun tidak”
Kata-kata isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi iblis bahawa, kali ini ia akan berhasil maka diingatkanlah isteri Nabi Ayyub as akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat, bahagia dan makmur dan diingatkannya kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah iblis dari rumah Nabi Ayub meninggalkan isteri Nabi Ayyub as duduk termenung seorang diri, mengenang masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraaan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta benda, disusul dengan kematian puteranya, dan kemudian yang terakhir diikuti oleh penyakit suaminya yang parah dan sangat menjemukan itu. Isteri Nabi Ayyub as merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat, tiada kerabat, semua menjauhi mereka karena takut tertular penyakit kulit Nabi Ayyub.
Seraya menarik nafas panjang datanglah isteri Nabi Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya :
“wahai sayangku, sampai bilakah engkau tersika oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu di kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kita, usia muda, badan sehat, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia, dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu? mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kita dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini”
 Berkatalah Nabi Ayyub as menjawab keluhan isterinya itu,
“wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu, menangisi anak-anak kita yang telah meninggal diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Alla agar kita dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaaan yang kita alami saat ini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kita tidak menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?”,
Istrinya menjawab “Lapan puluh tahun”
“Lalu berapa lama kita telah hidup dalam penderitaan ini?” tanya Nabi Ayyub
“Tujuh tahun” jawab sang isteri
Nabi Ayyub melanjutkan jawapannya “Aku malu, memohon dari Allah membebaskan kita dari kesengsaraan dan penderitaan yang telah kita alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan pada kita. Sepertinya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima takdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak ketika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan dariku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentuknya takdir-Nya.
Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, selanjutnya Nabi Ayyub as tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tidak ada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa sebagaimana tertera dalam Al quran:
“Dan ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-Nya: Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan” (Surah Shad : ayat 41)


Allah menerima doa Nabi Ayyub as yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya : “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (Surah Shad : ayat 42)
Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Nya itu, sembulah segera Nabi Ayyub as dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih sehat dan lebih kuat dari pada sebelum ia menderita.
 Saat itu ketika isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorangg diri ditempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran, dan jauh dari keriuhan kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya. Isteri Nabi Ayyub pun kembali, namun ia hampir tidak mengenali Nabi Ayyub, karena ketika ia kembali, ia melihat bukanlah Nabi Ayyub as yang sakit seperti yang ia tinggalkan sebelumnya. Namun Nabi ayub yang mudah belia, segar bugar, sehat seakan akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan kurniaanNya mengembalikan kesihatan suaminya bahkan lebih baik dari pada sebelumnya,
Melihat kedatangan Rahmah, Ayyub bergembira. Namun Nabi Ayyub masih teringat dengan sumpahnya yang ingin memukul Rahmah seratus kali. Dalam kebimbangan untuk melaksanakan sumpah atau tidak, kerana kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan mengikutinya di dalam segala duka dan deritanya. Nabi Ayyub bingung  antara dua perasaan, di satu sisi ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya, namun di satu sisi ia merasa bahawa isterinya yang setia dan berbakti itu tidak patut menjalani hukuman seberat itu,
 Ayyub menangkap firman Tuhan yang berbunyi :  “Ambillah lidi seratus batang dan pukulkan isterimu sekali saja! dengan demikian, tertebuslah sumpahmu”
Di buku cerita islami versi lain, ada yang menerjemahkan firman Tuhan kepada Ayyub sebagai berikut :
“Dan ambillah dengan tanganmu seikit (rumput), maka pukullah dengan itu dan jangnlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapat dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya di amat taat (kepada Tuhannya).
Sehingga Nabi Ayyub tidak memukul Rahmah, istri yang setia itu sebanyak 100 kali. namun dengan seikat rumput / lidi yang berjumlah seratus dan dipukulkan dua kali saja, untuk melaksanakan janjinya itu sewaktu sakit.
Isteri Nabi Ayub as merupakan wanita yang sholehah, ia berbuat sesuatu bukan kerana sifatnya yang buruk, namun kerana digoda oleh syaitan. dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Cerita Nabi Ayub as selanjutnya dianugrahi banyak anak oleh Allah SWT. di antara anak laki-laki ada yang bernama Basyar yang  juga dikenal dengan nama Dzulkifli, selanjutnya ia juga menjadi Nabi utusan Allah seperti ayahnya yang sabar yaitu Nabi Dzulkifli.
Itulah penjelasan yang panjang lebar mengenai cerita nabi ayub as, beliau merupakan salah satu hamba Allah yang paling sabar. Ia telah mengalami berbagai cobaan yang luar biasa, tapi iman dan aqidahnya tidak tergadaikan, tetap terjaga. Semoga Allah berkenan menganugrahi kesabaran kepada kita seperti yang dianugerahkan kepada nabi Ayyub. Aamiin.
Rujukan: http://ceritaislami.net/cerita-nabi-ayub-as-menjalani-cobaan-berat-dimiskinkan-dikucilkan-diberi-penyakit/ 

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...