Iblis
memperhatikan Nabi Ayyub as dalam keadaan yang sudah sangat parah itu tidak
meninggalkan adat kebiasaannya, ia tetap beribadah, berzikir, dan tidak
mengeluh atau mengaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan
lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis, merasa kesal dan jengkel melihat
ketabahan hati Nabi Ayyub as menanggung derita dan kesabarannya menerima
berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa lagi yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuannya merusak akidah dan iman Nabi Ayyub as.
Ia lalu meminta bantuan fikiran para sekutunya, apa yang harus dilakukan lagi
untuk menyesatkan Nabi Ayyub setelah segala usahanya tidak membuahkan hasil
Bertanyalah
iblis kepada sekutunya : “Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh
serta kelicikanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang
biasanya tidak pernah sia-sia?
kemudian
sekutu iblis menjawab : “Engkah telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga,
bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuan mu itu?”
“Dengan
membujuk isterinya,” jawab iblis
“jika
demikian, lakukan siasat itu dan terapkanlah pada Nabi Ayyub as, hembuskan
racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun
masih tetap patuh dan setia” jawab sekutu.
“Benar
dan tepat fikiranmu itu,hanya tinggal itu satu satunya jalan yang belum aku
coba. Pasti kali ini degan cara menghasut isterinya aku akan berhasil
melaksanakan maksudku selama ini” jawab iblis
Dengan
rencana barunya pergilah iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai
seorang kawan lelaki dari suaminya. Ia berkat kepada isteri Nabi Ayyub yang
bernama Rahmah itu : “Apa kabar dan bagaimana keadaan suamimu saat ini?”
Seraya
mengarahkan jari telunjukknya ke arah suaminya, Rahmah berkata kepada iblis yang
menyamar sebagai teman Nabi Ayyub “Itulah dia terbaring menderita kesakitan,
namun mulutnya tidak berhenti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih
berada dalam keadaan parah, mati tidak, hidup pun tidak”
Kata-kata
isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi iblis bahawa, kali ini ia akan
berhasil maka diingatkanlah isteri Nabi Ayyub as akan masa mudanya di mana ia
hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat, bahagia dan makmur dan
diingatkannya kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah iblis dari rumah
Nabi Ayub meninggalkan isteri Nabi Ayyub as duduk termenung seorang diri,
mengenang masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraaan hidupnya,
membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah
dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta benda, disusul
dengan kematian puteranya, dan kemudian yang terakhir diikuti oleh penyakit
suaminya yang parah dan sangat menjemukan itu. Isteri Nabi Ayyub as merasa
kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada
sahabat, tiada kerabat, semua menjauhi mereka karena takut tertular penyakit
kulit Nabi Ayyub.
Seraya
menarik nafas panjang datanglah isteri Nabi Ayyub mendekati suaminya yang
sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya :
“wahai
sayangku, sampai bilakah engkau tersika oleh Tuhanmu ini? Di manakah
kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu di kawan-kawan terdekatmu? Oh,
alangkah syahdunya masa lampau kita, usia muda, badan sehat, kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup tersedia, dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali
masa yang manis itu? mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kita dibebaskan
dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini”
Berkatalah
Nabi Ayyub as menjawab keluhan isterinya itu,
“wahai
isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa
lalu, menangisi anak-anak kita yang telah meninggal diambil oleh Allah dan
engkau minta aku memohon kepada Alla agar kita dibebaskan dari kesengsaraan dan
penderitaaan yang kita alami saat ini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa
lama kita tidak menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?”,
Istrinya
menjawab “Lapan puluh tahun”
“Lalu
berapa lama kita telah hidup dalam penderitaan ini?” tanya Nabi Ayyub
“Tujuh
tahun” jawab sang isteri
Nabi
Ayyub melanjutkan jawapannya “Aku malu, memohon dari Allah membebaskan kita dari
kesengsaraan dan penderitaan yang telah kita alami belum sepanjang masa
kejayaan yang telah Allah kurniakan pada kita. Sepertinya engkau telah termakan
hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati
menerima takdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak ketika aku telah
sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu
seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan dariku makan dan minum dari
tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku
seorang diri di tempat ini sampai Allah menentuknya takdir-Nya.
Setelah
ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, selanjutnya Nabi Ayyub as tinggal
seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tidak ada isteri. Ia
bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih
sayang-Nya. Ia berdoa sebagaimana tertera dalam Al quran:
“Dan
ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-Nya: Sesungguhnya aku
diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan” (Surah Shad : ayat 41)
Allah
menerima doa Nabi Ayyub as yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan
iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan
iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya : “Hantamkanlah kakimu, inilah air
yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (Surah Shad : ayat 42)
Dengan
izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Nya itu, sembulah segera Nabi Ayyub as
dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih
hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan
lebih sehat dan lebih kuat dari pada sebelum ia menderita.
Saat itu ketika isterinya yang telah diusir dan
meninggalkan dia seorangg diri ditempat tinggalnya yang terasing, jauh dari
jiran, dan jauh dari keriuhan kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada
jauh dari suaminya. Isteri Nabi Ayyub pun kembali, namun ia hampir tidak
mengenali Nabi Ayyub, karena ketika ia kembali, ia melihat bukanlah Nabi Ayyub
as yang sakit seperti yang ia tinggalkan sebelumnya. Namun Nabi ayub yang mudah
belia, segar bugar, sehat seakan akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia
segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan
rahmat dan kurniaanNya mengembalikan kesihatan suaminya bahkan lebih baik dari
pada sebelumnya,
Melihat kedatangan Rahmah, Ayyub bergembira. Namun Nabi Ayyub masih teringat dengan sumpahnya yang ingin memukul Rahmah
seratus kali. Dalam kebimbangan untuk melaksanakan sumpah atau tidak, kerana
kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan mengikutinya di
dalam segala duka dan deritanya. Nabi Ayyub bingung antara dua perasaan,
di satu sisi ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya, namun di satu sisi ia
merasa bahawa isterinya yang setia dan berbakti itu tidak patut menjalani hukuman
seberat itu,
Ayyub menangkap firman Tuhan yang berbunyi :
“Ambillah lidi seratus batang dan pukulkan isterimu sekali saja! dengan
demikian, tertebuslah sumpahmu”
Di buku cerita islami versi lain, ada yang menerjemahkan
firman Tuhan kepada Ayyub sebagai berikut :
“Dan ambillah dengan tanganmu seikit (rumput), maka
pukullah dengan itu dan jangnlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapat
dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya di amat
taat (kepada Tuhannya).
Sehingga Nabi Ayyub tidak memukul Rahmah, istri yang
setia itu sebanyak 100 kali. namun dengan seikat rumput / lidi yang berjumlah
seratus dan dipukulkan dua kali saja, untuk melaksanakan janjinya itu sewaktu
sakit.
Isteri Nabi Ayub as merupakan wanita yang sholehah, ia
berbuat sesuatu bukan kerana sifatnya yang buruk, namun kerana digoda oleh
syaitan. dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Cerita Nabi Ayub as selanjutnya dianugrahi banyak anak
oleh Allah SWT. di antara anak laki-laki ada yang bernama Basyar yang
juga dikenal dengan nama Dzulkifli, selanjutnya ia juga menjadi Nabi utusan
Allah seperti ayahnya yang sabar yaitu Nabi Dzulkifli.
Itulah
penjelasan yang panjang lebar mengenai cerita nabi ayub as, beliau merupakan
salah satu hamba Allah yang paling sabar. Ia telah mengalami berbagai cobaan
yang luar biasa, tapi iman dan aqidahnya tidak tergadaikan, tetap terjaga.
Semoga Allah berkenan menganugrahi kesabaran kepada kita seperti yang
dianugerahkan kepada nabi Ayyub. Aamiin.
Rujukan: http://ceritaislami.net/cerita-nabi-ayub-as-menjalani-cobaan-berat-dimiskinkan-dikucilkan-diberi-penyakit/
No comments:
Post a Comment